11 Kumpulan Rujukan Dongeng Fabel Pendek Terbaru 2018

Cerita Fabel – Halo semua, pernah ngga sih dulu waktu kecil baca atau dengerin dongeng? Cerita macam apa yang paling kau suka. Nah, pada kesempatan kali ini saya akan membagikan kepada kalian dongeng binatang atau yang biasa disebut dengan dongeng fabel. Tapi, sebelumnya alangkah lebih baik kalau mengetahui lebih dalam mengenai pengertian dan seleuk beluk dari dongeng fabel.



Pengertian Cerita Fabel


Oke, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, dongeng fabel yaitu dongeng yang isinya menggambarkan sifat, kelakuan, tabiat insan yang pelakunya dimainkan oleh sekumpulan para hewan. Untuk lebih jelasnya fabel diartikan sebagai kehidupan binatang yang perilakunya ibarat mirip insan pada umumnya.


Istilah “Fabel” secara etimologi berasal dari bahasa latin yakni “fibul” yang maknanya “cerita”. Fabel merupakan penggalan dari karya sastra yang berupa cerita pendek dan singkat yang tujuannya tidak lain yaitu untuk memberikan pesan moral kepada para pembacanya


Kisah yang diceritakan dalam fabel tentunya tidaklah nyata, itu hanyalah karangan fiktif yang dibentuk oleh penulis untuk mengedukasi moral dan untuk menyindir sikap atau tabiat manusia.


Dalam mengarang sebuah fabel juga harus memperhatikan beberapa aspek penting yang harus terkandung di dalamnya, diantaranya struktur penulisan; unsur penulisan; serta amanat yang ingin disampaikan melalui ceritanya.


Jenis jenis Cerita Fabel


Dalam karya sastra, dongeng fabel sanggup dibedakan menjadi 4 jenis, yakni berdasarkan pemakaian latar dan pemberian watak, berdasarkan inti dan kandungan isi cerita, berdasarkan asal fabel, berdasarkan letak kemunculan amanat.


1. Berdasar Pemakaian Latar dan Pemberian Watak


Berdasarkan pemakaian latar dan pemberian watak, fabel dibedakan menjadi:


Fabel Alami, yaitu fabel yang menyamakan sifat tokoh (binatang) sesuai abjad asli. Sebagai tumpuan domba yang mempunyai bulu-bulu yang halus dan mempunyai penggambaran abjad yang lembut, kalem, halus, ramah dan menawan, tumpuan lain tokoh yang digambarkan oleh buaya yang sesuai dengan tabiat aslinya yaitu rakus dan buas, serta kancil yang dikenal dengan abjad cendekia yang melegenda.


Fabel Adaptasi, adalah fabel yang menggambarkan sifat tokoh-tokohnya (binatang) berbanding terbalik atau berbeda dengan sifat aslinya. Sebagai tumpuan siput yang dikenal lambat menjadi juara dalam lomba balapan lari melawan kelinci, atau macan yang liar diceritakan mempunyai sebuah panti asuhan dengan menjadi pengasuh kesayangan penghuninya.


2. Berdasar Inti dan Kandungan Cerita


Berdasarkan inti dan kandungan cerita, fabel dibedakan menjadi:


Fabel Romantika, yakni dongeng fabel yang isinya menceritakan wacana kisah romantis, dan percintaan

Fabel Tragedi, yaitu dongeng fabel yang isinya menceritakan wacana kisah sedih dan mengundang simpati dari pembacanya.

Fabel Jenaka, yakni dongeng fabel yang isinya mengandung dongeng lucu dan menghibur pembaca, bahkan dibutuhkan sanggup menciptakan pembaca tertawa.

Fabel Heroik, yaitu dongeng fabel yang isinya menceritakan wacana kepahlawanan atau perjuangan


3. Berdasar Asal Fabel


Berdasarkan Asal atau ruang lingkup dongeng fabel, sanggup dibedakan menjadi tiga jenis yakni:


Fabel Lokal, disebut juga fabel tempat yakni dongeng fabel yang berasal dari suatu tempat serta tersebar di wilayah tempat tersebut

Fabel Nusantara, adalah fabel yang berasal dari suatu tempat dan menyebar hingga seluruh nusantara.

Fabel Internasional, yakni dongeng fabel yang asalnya dari sebuah negara dan tersebar ke penjuru dunia. Umunya jenis fabel ini sudah populer dan banyak orang mengetahuinya


4. Berdasar Kemunculan Amanat


Berdasarkan kemunculan amanat atau pesan, fabel terbagi menjadi:


Fabel Koda, adalah fabel yang letak amanatnya berada pada selesai cerita 

Fabel Non Koda, adalah fabel yang pesan atau amanatnya tidak disampaikan dengan terang atau tersirat saja.


Kumpulan Cerita Fabel Pendek Terbaru 2018


 pernah ngga sih dulu waktu kecil baca atau dengerin dongeng 11 Kumpulan Contoh Cerita Fabel Pendek Terbaru 2018


Oke, masuk kepada bahasan inti kita. Langsung saja ga usah banyak basa basi, berikut yaitu kumpulan dongeng fabel yang sanggup kau bacakan kepada buah hati tercinta mu semoga si kecil sanggup mengambil pelajaran yang terkandung di dalamnya.


Seekor Rubah dan Bangau


Pada suatu hari ketika seekor rubah sedang berjalan-jalan di hutan, ia berpikir “Udara yang cerah!! alangkah menyenangkannya kalau saya pergi memancing,” katanya dalam hati. Segera disiapkannya alat-alat untuk memancing kemudian segera ia pergi ke telaga yang letaknya ada di tengah-tengah hutan.


Ketika hingga di telaga, ia melihat seekor burung bangau yang manis sedang berenang di sebuah telaga yang berair jernih.


“wahai bangau, apa yang sedang kau lakukan?” tanya rubah sambil mengeluarkan pancingnya.


Sang rubah sudah membayangkan bahwa ia akan menerima ikan yang banyak untuk dimasak sebagai hidangan makan malamnya.


“Aku sedang berenang. Menikmati sejuknya air telaga yang membasahi bulu-buluku” jawab bangau sambil mengepak-ngepakan sayapnya yang lebar itu.


“Apa kau akan memancing, rubah?” tanya bangau ketika melihat alat pancing yang sedang disipakan rubah.


“Ya, saya akan memancing untuk hidangan makan malamku” jawab rubah sambil membuang kail yang telah diberi umpan itu ke telaga. Baru sebentar kali di lempar, tiba-tiba pancingnya bergetar, segera rubah menarik tali pancingnya dan melihat seekor ikan besar tergantung disana.


“Wahh.. asyikk.. Aku akan pesta besar nanti malam,” kata rubah dengan penuh sukacita.


“Apa kau mau makan malam di tempatku bangau?” tanya rubah sambil membereskan alat-alat pancingnya untuk segera pulang.


“Tentu saja,” jawab bangau dengan penuh semangat. Maka pulanglah rubah ke rumahnya untuk menyiapkan makan malam.


Tepat waktunya makan malam, datanglah bangau ke rumah rubah. “Tok..tok..tok!!”bangau mengetuk pintu.


“Silahkan masuk,” kata rubah sambil membukakan pintunya. Bangau pun masuk kemudian mereka duduk di meja makan yang telah dihias dengan begitu indahnya. Bangau merasa sangat lapar. Aroma kuliner begitu membangkitkan selera.


“Harum sekali! Pasti rasanya enak” kata bangau dalam hatinya.


Makanan pun dihidangkan. Rubah memasak sup ikan yang sangat harum dan meletakannya dalam mangkuk kecil. Melihat hal itu, bangau pun merasa sangat sedih lantaran ia tidak sanggup menyantap sup tersebut. Paruhnya yang panjang tidak sanggup dipakai untuk memakan sup di mangkuk yang kecil. Akhirnya bangau hanya sanggup menatap sup tersebut sambil menahan rasa laparnya.


“Bangau, kenapa tidak kau makan supnya, apakah kau tidak menyukainya?” tanya rubah lantaran dilihatnya bangau hanya memandang sup tersebut.


“Paruhku yang panjang tidak sanggup dipakai untuk memakan sup di mangkukmu yang kecil itu rubah” jawab bangau dengan sedih.


“Maafkan saya bangau, tetapi hanya mangkuk kecil ini yang kumiliki,” kata rubah


“tapi Kau tak perlu sedih, saya tau jalan keluarnya,” kata rubah lagi.


Rubah segera mengambil sebuah rantang kemudian mengisi rantang itu dengan sup hingga penuh.


“Ini bawalah, kau sanggup menikmati sup ini di rumahmu,” kata rubah sambil menyerahkan rantang itu kepada bangau. Bangaupun merasa senang.


”Terima kasih rubah, kau baik sekali,” kata bangau sambil berpamitan.


”Besok yaitu giliranku untuk mengundangmu makan malam di rumahku” kata bangau ketika mereka berpisah di pintu rumah rubah.


“Baiklah, saya niscaya datang,” jawab rubah sambil melambaikan tangannya.


Demikianlah keesokan harinya, waktu makan malam tiba, rubah tiba berkunjung ke rumah bangau.


“Tok..tok..tok..” rubah mengetuk pintu.


“Ahh.. rubah.. kau sudah datang. Mari masuk,” ajak sang bangau.


Ketika rubah masuk ke dalam rumah, terciumlah bacin harum dari masakan. “Perutku lapar sekali” kata rubah dalam hati. “Ayo kita segera makan” kata sang bangau sambil membawa rubah duduk di meja makan. Di atas meja sudah tersedia 2 buah kendi dengan leher panjang.  


Rubah berpikir sejenak kemudian berkata, ” saya tidak sanggup makan dari dalam kendi ini, lantaran leherku pendek, apakah kau mempunya mangkuk kecil?”


“Ahh..tentu saja,” jawab sang bangau.


“Rantang yang dipakai untuk membawa sup mu yang kemarin, sanggup kau gunakan untuk alasnya.”


Akhirnya rubah dan bangau pun sanggup menikmati makan malamnya dengan penuh sukacita.


Pesan moral dari dongeng diatas: Jika kita menaburkan kebaikkan, maka kebaikkan pula yang akan kita tuai. Bahkan berlipat kali ganda kebaikkan yang akan kita peroleh.


Babi dan Domba


Di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Letaknya di sebuah lembah yang hijau, dengan pepohonan yang rimbun. Disana tinggal beberapa keluarga saja, namun mereka mempunyai usaha perternakan babi dan domba yang terkenal. Mereka memperkerjakan beberapa orang dari desa terdekat di sekitar lembah itu. Pekerja-pekerja ini, sehari-hari ditugaskan untuk mengembalakan domba dan menawarkan kuliner untuk babi.


Apabila domba telah memilki bulu yang cukup lebat, mereka akan mengambil bulunya dengan cara memangkas dengan gunting khusus. Kemudian bulu domba tersebut diperdagangkan ke pasar kota atau menunggu pembeli datang.


Begitupula dengan ternak babi. Apabila telah cukup besar dan mempunyai berat yang cukup, akan diperdagangkan ke kota terdekat atau menunggu para langganannya tiba membeli.


Jumlah domba dan babi yang dimiliki cukup banyak di kampung itu, sehingga hampir setiap bulan terlihat banyak pembeli dari kota yang tiba ke desa tersebut.


Konon di zaman itu, binatang sanggup berbicara satu dengan lainya dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia.


Kebetulan saja, sangkar domba dan babi tidak berjahuan. Sehingga gampang diamati oleh para pekerja atau pemiliknya. Tanpa disadari kondisi sangkar yang berdekatan itu, menciptakan babi dan domba kadang berbicara.


Sehari-hari, kedua sangkar itu ribut dengan bunyi domba dan babi. Tanpa disadari insan yang tidak mengenal bahasa binatang pada ketika itu, bergotong-royong bunyi gaduh itu bertanda babi dan domba sedang mengejek satu dengan lainnya.


Pada ketika hari penjualan babi tiba. Beberapa babi besar biasanya dikeluarkan dari sangkar untuk ditimbang dan diserahkan kepada pembeli yang telah menentukan sebelumnya.


Pada suatu ketika,  seekor babi muda yang sudah cukup besar dipilih untuk dijual. Pemilik ternak itu menyuruh beberapa pekerja untuk segera mengeluarkan babi tersebut dari kandangnya. Namun tidak disangka, para pekerja sulit untuk menangkapnya.


Berbeda dengan babi-babi remaja pada umumnya. Babi muda itu berlari mengintari sangkar semoga supaya sulit ditangkap oleh para pekerja. Namun lantaran pekerja-pekerja tersebut telah berpengalaman, mereka berhasil menangkapnya  dan mengikat kedua pasang kakinya dengan tali semoga gampang dikeluarkan dari kandang.


Terdengar babi muda itu berteriak sambil meronta-ronta. Mendengar teriakan babi muda yang ketakutan, terdengar teriakan dari kawanan domba dari kandangnya.


“Penakut!” teriak mereka serentak.


Kemudian salah satu dari kawanan domba itu berkata, “Kenapa kau harus berteriak dan menangis begitu gaduh, padahal teman-temanmu yang lain jarang melaksanakan hal yang sama. Mereka semua pasrah akan nasibnya, lantaran pada suatu ketika semua ternak akan disembelih para pembeli.”


Mendengar ucapan dari domba dari sangkar sebelah, seeokor babi remaja kemudian membalasnya,


“Hai domba yang sok bijaksana! Engkau sanggup berkata demikian dengan entengnya, lantaran engkau tidak mengalami hal yang sama. Apabila setiap pekerja tiba menghampirimu, dan mengeluarkanmu dari kandang, mereka hanya mencukur bulu-bulumu, kemudian memasukan kembali engkau kedalam kandang.


Tetapi lihatlah kami, setiap kami diambil, tandanya sebentar lagi nyawa kami akan hilang. Disembelih oleh para pedagang kota. Hidup kami tidak usang ibarat hidup yang kau nikmati. Begitu tegakah engkau, melihat seorang anak babi di penghujung kematiannya, kemudian kalian semua metertawai dan mengejeknya?”


Seketika itu juga, terdengar sangkar domba sunyi senyap. Mereka semua merenungkan apa yang dikatakan oleh babi remaja tadi. Mereka kemudian menyadari, begitu beruntungnya mereka, sanggup menikmati hidup lebih usang daripada seekor babi. Kemudian domba remaja meminta maaf kepada babi remaja tadi, atas perlakuan mereka yang tidak pantas.


Babi dewasapun sanggup memahami keadaan itu, kemudian melanjutkan kegiatanya berguling dalam sedikit lumpur didalam kandangnya. Sementara babi muda tadi, berhasil dibawa oleh pembeli meninggalkan desa.


***


Cerita ini menawarkan suatu pelajaran berharga bagi kita. Ketika orang  lain mengalami problem atau sedang kesusahaan,  mungkin kita tidak sanggup membantu atau memberi lebih banyak, namun  bukan berarti kita diam. Berilah santunan moral untuk menguatkan mereka.


Semut dan Belalang


Di tengah hutan, hiduplah seekor semut yang sangat rajin. Setiap hari semut kecil ini selalu berusaha mengumpulkan kuliner dan menyimpannya di dalam lumbung. Teriknya matahari dan derasnya air hujan, tidak menyurutkan semangat sang semut untuk mengumpulkan makanan.


Dengan bersusah payah, sang semut bekerja keras untuk membawa kuliner demi kuliner yang berhasil dikumpulkannya untuk disimpan di dalam lumbung rumahnya.


Pada suatu hari, ketika sang semut sedang berusaha membawa makanannya untuk di simpan di lumbung, sang semut bertemu dengan seekor belalang yang sedang asyik berjemur sambil bermalas-malasan.


“Hai mut.. apa yang sedang kau lakukan?” tanya belalang.


“Aku sedang mengumpulkan kuliner untuk kusimpan di lumbung” sahut sang semut. Belalang tertawa


“untuk apa bersusah payah  mengumpulkan makanan, bukankah di hutan berbagai kuliner yang sanggup kita santap?”


“Itu memang betul lang, tetapi saya menyimpan makananku untuk persiapan isu terkini cuek nanti” kata sang semut sambil berusaha mendorong kuliner hasil temuannya ke lumbung. Belalang kembali tertawa sambil mengejek sang semut


“Musim cuek masih lama, buat apa bersusah-susah sekarang? Toh masih banyak waktu untuk itu. Lebih baik kita bersenang-senang dulu”katanya sambil menyantap daun hijau yang ada di dekatnya.


Sang semut tidak memperdulikan belalang yang sedang bermalas-malasan itu, ia tetap saja sibuk untuk mengumpulkan kuliner demi kuliner yang sanggup dijumpainya.


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, sang semut kembali berkemas-kemas untuk mencari kuliner lagi. Ketika ia membuka pintu rumahnya untuk pergi, dilihatnya belalang sedang asyik duduk sambil bermain gitar dan bermalas-malasan.


Sang semut hanya menggelengkan kepala dan segera berlalu. Belalang yang melihat semut sudah mulai sibuk kembali mencari makan, hanya tertawa dan mengejek,


“Buat apa susah..buat apa susah..susah itu tak ada gunanya,” senandung sang belalang mengiringi langkah semut yang hendak pergi.


Demikianlah sepanjang hari sang semut sibuk mengumpulkan makanannya di lumbung sementara sang belalang asyik-asyikan bermain gitar, berjemur dan bermalas-malasan.


Setelah bekerja hampir sepanjang tahun, lumbung tempat persediaan sang semut hampir penuh, tetapi hal ini tidak menciptakan sang semut yang rajin itu menjadi malas. Dia masih tetap berusaha untuk mencari kuliner untuk disimpan di lumbungnya.


“Selagi masih ada kesempatan, saya harus terus berusaha untuk mengumpulkan makanan, lantaran tidak ada yang tau berapa usang isu terkini cuek akan berlangsung,” kata sang semut dalam hati. 


Sementara itu sang belalang, masih tetap saja bermalas-malasan dan bersenang-senang sepanjang hari.


Musim gugur pun segera tiba. Pohon-pohon yang tadinya hijau, perlahan-lahan berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Rumput-rumput pun mulai mengering. Udara menjadi semakin dingin.


Sang semut yang rajin tak putus harapan. Dia masih tetap berusaha untuk mencari kuliner walaupun tempat persediaannya sudah penuh. Sedangkan sang belalang yang malas itu mulai sibuk mengumpulkan kuliner untuk persediaan di isu terkini dingin.


Akhirnya isu terkini cuek pun tiba. Sang semut yang rajin itu duduk dengan nyaman didalam rumahnya yang hangat sambil menikmati makanannya yang berlimpah. Sedangkan sang belalang yang malas itu hanya menyimpan sedikit persediaan makanan. Sang belalang berpikir, “Musim cuek akan segera berakhir, jadi buat apa susah-susah mengumpulkan kuliner di lumbung.”


Hari berganti hari, ahad berganti minggu, tak terasa sudah sebulan berlalu dan musin cuek masih belum berakhir.


Persediaan kuliner sang belalangpun habis… ia hanya sanggup memandang rumah sang semut yang nyaman dan hangat dari balik jendelanya untuk kemudian berusaha mencari makan di tengah-tengah isu terkini dingin, tetapi ia tidak berhasil.


Akhirnya dengan menahan malu, ia mengetuk pintu rumah sang semut… tok..tok..tok..tok.. sang belalang mulai mengetuk.


Sang semut pun membuka pintu dan berkata “ada apa lang?” katanya. “Tolong berikan saya sedikit dari persediaan makananmu itu, lantaran persediaanku sudah habis, dan saya sangat kelaparan,” kata belalang mengiba.


Sang semut tertawa “Enak saja kau lang… ketika saya bersusah payah mengumpulkan makananku, kau malah mengejekku. Dan kini kau minta kuliner persediaanku?” kata semut sambil mengejek. “Pergilah, cari sendiri makananmu…,” kata sang semut melanjutkan.


Belalang pun pergi meninggalkan rumah sang semut untuk mencari makanannya, tetapi ia tidak berhasil menemukan apa-apa. Ketika sang belalang hampir mati kedinginan dan kelaparan, sang semut tiba untuk menolongnya dan mengajak belalang untuk tinggal di rumahnya yang hangat dan nyaman serta berlimpah makanan.


***


Pesan moral dari dongeng diatas: Jangan sia-siakan hidup dengan bermalas-malasan. Karena upah kemalasan yaitu bencana.


Semut dan Merpati


Pada suatu hari, ketika isu terkini panas, segerombolan semut-semut sedang berjalan beriringan sambil membawa kuliner diatas kepala mereka. Semut-semut itu terlihat begitu kompak dan sangat dekat satu dengan yang lain.


Pemimpin mereka yaitu seekor semut gagah yang berjalan paling depan yang dengan cekatan selalu memberi arahan ketika harus berbelok ataupun melangkah, semoga kuliner yang dibawa mereka, tidak jatuh ke tanah.


“Satu!!..dua!!..kiri!!..kiri..!!” Sang pimpinan memberi komando…”Awas!! di depan ada tanjakan!!” katanya lagi sebagai peringatan. Semut-semut yang lain cepat-cepat berkemas-kemas semoga makanannya tidak terjatuh dan mulai menanjak. “dibawah ada sungai, kita harus belok kekiri!” kata sang pemimpin lagi, rombongan semut di belakang mengikuti terus petunjuk dari pimpinan mereka hingga alhasil mereka tiba di sarangnya.


Setelah meletakan hasil bawaan mereka, semut-semut itu berpisah untuk mengerjakan tugas-tugas mereka yang lain.


Adalah seekor semut yang masih muda belia. Rasa ingin taunya wacana dunia di luar sarangnya, begitu besar sehingga ia memberanikan diri untuk meminta iijin kepada sang pemimpin semoga sanggup diijinkan keluar dari sarang untuk memulai petualangannya.


“ehmm..maaf pak pemimpin” kata semut muda itu terbata-bata. “Apa boleh saya pergi keluar untuk melihat-lihat? Aku berjanji kalau saya tidak akan pergi lama” katanya lagi. Sang pemimpin semut itupun menatap dengan penuh rasa sayang kepada semut muda itu


“Anakku, kalau engkau ingin pergi berjalan-jalan, saya tidak akan melarangmu. Tetapi berhati-hatilah lantaran dunia di luar sarang ini sangat luas dan kejam” katanya dengan bijaksana. Alangkah senangnya hati semut muda itu.


Setelah menyiapkan bekal untuk perjalanannya, berpamitanlah semut muda kepada sang pemimpin “Pak pemimpin, saya akan pergi sekarang,” katanya dengan penuh semangat.


“Berhati-hatilah di jalan, dan segeralah pulang,” kata sang pemimpin sambil menepuk-nepuk pundak semut muda itu. Maka berangkatlah semut muda itu dengan penuh semangat dan sukacita.


Kebetulan tak jauh dari sarang semut itu, terdapat sungai dengan air yang jernih. Karena rasa ingin tahunya, semutpun berjalan menelusuri jalan yang lembab, beberapa kali ia harus memanjat beberapa dahan pohon dan rerumputan.


Semut muda berjalan tanpa mengenal lelah hingga alhasil ia merasa sangat haus. Semut muda segera mencari air untuk diminumnya. Di kejauhan, dilihatnya mata air yang sangat jernih, kemudian semut muda ini pun segera berjalan menuju mata air yang sejuk itu.


Setelah dekat dengan mata air, semut muda sempat kebingungan, lantaran ternyata sesudah dekat, letak mata air itu lebih tinggi dari tanah yang dipijaknya. Tetapi semut muda tidak kehilangan akal. Dia naik perlahan-lahan keatas sebuah batang rumput yang daunnya menjulur ke arah mata air itu.


Saat ia hampir saja mencapai puncaknya, tiba-tiba semut muda terpeleset dan jatuh kedalam mata air. Semut muda berusaha untuk menyelamatkan diri, tetapi ia kesulitan lantaran ia tidak sanggup berenang.


Saat semut muda sedang bertarung antara hidup dan mati untuk menyelamatkan dirinya, seekor burung merpati yang semenjak tadi asyik memperhatikan tingkah semut muda itu, tergerak oleh belas kasihan, kemudian segera mematuk daun di pohon yang sedang dihinggapinya hingga jatuh ke dekat semut muda yang hampir tenggelam.


Semut muda segera menggapai daun itu dan dengan bersusah payah ia berusaha untuk naik keatas daun. Ketika hingga di atas daun, semut muda menatap burung merpati dengan penuh rasa terima kasih. Burung merpati pun terbang kearah daun itu dan mendorong dengan paruhnya semoga daun tersebut menepi kepinggir mata air.


“Hai burung merpati, terima kasih atas pertolonganmu hari ini. Jika bukan lantaran engkau, saya sudah mati karam tadi,” kata semut muda itu sambil berusaha untuk turun dari daun itu menuju ke tanah. Burung merpati menjawab


“sama-sama semut. Apa yang sedang kau lakukan di tempat ini?” tanya merpati.


“Aku sedang berjalan-jalan untuk melihat dunia di luar sarangku, kemudian saya kehausan. Saat saya sedang memanjat rumput itu, saya terjatuh,” kata semut muda.


“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya merpati lagi.


“Aku akan kembali ke sarangku, lantaran ibu bapakku niscaya sedang mencemaskan diriku,” jawab semut muda lagi.


Sementara semut muda dan merpati sedang bercakap-cakap, mereka tidak menyadari bahwa ada ancaman yang sedang mengintai. Seorang pemburu sedang mengarahkan senjatanya kearah burung merpati dan siap menembaknya. Saat burung merpati menyadari keadaan itu, ia pun segera terbang ke atas meninggalkan semut muda sendiri.


Melihat insiden ini, semut muda segera berlari kearah si pemburu dan dengan sigap ia memanjat sepatu si pemburu dan masuk kedalam sepatu itu. Segera digigitlah kaki si pemburu. Pemburu menjerit lantaran kesakitan kemudian segera melemparkan senjatanya ke bawah untuk cepat-cepat melepaskan sepatunya. Semut muda keluar dari sepatu sang pemburu kemudian pergi meninggalkan tempat itu.


“Terima kasih semut, kau sudah menyelamatkan nyawaku hari ini,” kata burung merpati.


“Sama-sama burung merpati. Tadipun engkau sudah menyelamatkan nyawaku,” kata semut muda. Akhirnya merekapun berpisah.


***


Pesan moral dari dongeng diatas: Persahabatan tidak mengenal perbedaan, bahwa siapa menabur kebaikkan, maka kebaikkan pulalah yang akan dituainya.


5. Ceri si Anak Cendrawasih


6. Burung Kasuari Tersandung Berlian


7. Kesombongan Seruni Sang Kunang-kunang


8. Bencana Ulat Utusan Sang Dewa


9. Cendrawasih Berbulu Kusam


10. Ubur-ubur dan Keong


11. Puteri Merak dan Puteri Cendrawasih


Nah, itu tadi sedikit dongeng fabel dari mimin untuk para pengunjung setia kami. Kalian sanggup membacakan dongeng fabel ini kepada buah hati kalian atau kalau kau seorang guru kau juga sanggup menceritakan dongeng fabel ini kepada murid-murid mu. Jangan lupa untuk tetap selalu apdet info dari kami. Sampai jumpa..


0 Response to "11 Kumpulan Rujukan Dongeng Fabel Pendek Terbaru 2018"

Posting Komentar