Khulafaur Rasyidin – Halo, selamat tiba di portal dunia suka-suka. Pada kesempatan kali ini admin akan membahas perihal Khulafaur Rasyidin. Bagi yang ingin mencar ilmu mengenai sejarah islam atau mungkin sebagian dari kita masih ada yang belum paham perihal Khulafaur Rasyidin sanggup menyimak pembahasan berikut.
Daftar Isi
Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa yang artinya ialah pengganti, sedangkan Ar-rasyidin mempunyai arti menerima petunjuk. Kaprikornus berdasarkan bahasa arti dari Khulafaur Rasyidin ialah orang yang ditunjuk sebagai pengganti yang selalu menerima petunjuk dari Allah.
Sedangkan secara istilah ialah pemimpin umat islam dan kepala negara yang selalu menerima petunjuk dari Allah untuk meneruskan usaha dakwah Rasulullah.
Khulaur Rasyidin merupakan khalifah (pemimpin) yang dijabat oleh keempat sahabat Rasulullah yang tercatat paling bersahabat dengan nabi dan paling semangat dalam membela ajaran yang dibawanya di dikala masa kerasulan Muhammad.
Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan hasil dari musyawarah dan kesepakatan bersama seluruh muslimin pada dikala itu.
Keempat Khulafaur Rasyidin
1. Abu Bakar Ash-shidiq
Abu Bakar ialah khalifah yang pertama kali sehabis wafat nya Rasulullah saw. Sebelum nya Abu Bakar merupakan salah satu petinggi di Makkah dari Suku Quraisy. Lahir dengan nama Abdus Syams. Baru sehabis masuk islam nama Abdu Syams diganti oleh Rasulullah dengan nama “Abu Bakar” dan diberi gelar “Ash-Shidiq” yang artinya terpercaya.
Abu Bakar merupakan salah satu sahabat nabi yang paling bersahabat dengan Rasulullah. Ia pernah ditunjuk Rasulullah untuk menemani nya pergi ke Yatsrib (Madinah). Ketika Nabi Muhammad sakit keras ia juga yang ditunjuk untuk menggantikannya menjadi imam sholat.
Menurut sebagian ulama hal tersebut merupakan isyarat dari Rasulullah mengenai siapa penggantinya kelak jikalau sudah meninggal.
Masa kekhalifahan
Abu Bakar menjadi khalifah selama kurang lebih 2 tahun (632-634 M). Walaupun hanya memimpin selama 2 tahun, banyak kemajuan pesat yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar, yaitu memperluas kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian kawasan kekaisaran Bizantium.
Pada masa awal pemerintahan banyak tantangan yang harus dihadapi, salah satunya ketika suku-suku bangsa Arab tidak mau lagi patuh dengan kebijakan pemerintahan Madinah sepeninggal Rasulullah saw. Karena mereka beranggapan, perjanjian yang dibuat bersama Rasulullah dengan sendirinya batal sehabis wafatnya rasul.
Karena perilaku keras kepala dan penentangan mereka yang dianggap sanggup membahayakan pemerintahan dan agama islam, maka Khalifah Abu Bakar menyerukan perang melawan kemutadan. Terjadilah perang Riddah dengan Khalid bin Walid sebagai panglimanya. Dalam perang ini Khalid bin Walid merupakan panglima yang banyak berjasa.
Baru sehabis urusan dalam negri selesai Khalid ditugas kan menuju ke Iraq dan sanggup menguasai wilayah al-hijrah pada tahun 634 M.
Khalifah Abu Bakar wafat pada tahun 634 M di usianya yang memasuki 61 tahun lantaran sakit yang dialaminya.
2. Umar Bin Khattab
Umar lahir di Makkah dari bani Ady, keluarga Umar termasuk keluarga kelas menengah. Ia sanggup membaca dan menulis yang pada dikala itu hanya beberapa orang saja yang sanggup membaca dan menulis. Umar mempunyai tabiat yang keras dan pemberani. Karena sifat nya itulah ia dijuluki dengan nama “Singa Padang Pasir”.
Ia juga amat keras dalam membela agama tradisional yang dianut kebanyakan orang di sukunya. Pada zaman jahiliyah, ia pernah mengubur putri nya demi menjaga kehormatannya. Ia juga sangat membenci anutan yang dibawa Rasulullah pada dikala itu
Pada suatu dikala ia berniat untuk membunuh Nabi Muhammad saw, namun di tengah jalan ia bertemu dengan Nua’im bin Abdullah yang memberitahukan bahwa adik nya telah masuk agama yang dibawa oleh Rasulullah. Mendengar pernyataan tersebut Umar mengurungkan niatnya untuk membunuh Rasulullah dan memutuskan untuk kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah ia mendapati adik nya sedang membaca alquran, melihat itu kemarahan Umar sudah tidak sanggup dibendung lagi dan memukul adik perempuannya. Melihat kucuran darah menetes dari wajah nya Umar merasa iba dengan adiknya.
Ia kemudian menjadi tertarik untuk mempelajari alquran dan kemudian eksklusif memeluk agama islam pada hari itu juga dengan dibantu oleh adiknya.
Setelah Abu Bakar wafat, posisi kekhalifahan digantikan oleh sayyidina Umar bin Khattab. Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah berdasarkan pesan terakhir Abu Bakar sebelum wafat.
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa selesai hayat nya sudah dekat, Abu Bakar mengajak para sahabatnya untuk mendiskusikan perihal siapa penggantinya kelak jikalau sudah meninggal.
Disepakatilah bahwa Umar bin Khattab yang akan menggantikan posisi kekhalifahan dengan maksud supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di kalangan kaum muslimin. Kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima yang secara beramai-ramai membaiat Umar.
Masa Kekhalifahan
Di zaman Umar gelombang perluasan (perluasan kawasan kekuasaan) pertama terjadi : ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, sehabis tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, dengan demikian seluruh kawasan Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Dengan menggunakan Syria sebagai sentra pemerintahan, perluasan diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr bin ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Al-Qadisiyah, sebuah kota bersahabat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul sanggup dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah mencakup Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan kawasan yang begitu cepat, Umar segera mengatur manajemen negara dengan mencontoh manajemen yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.
Beberapa departemen mulai dibuat yang sekiranya penting untuk didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran honor dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan forum yudikatif dengan forum eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, mulai dibuat forum kepolisian. Demikian pula jabatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Baitul Mal, menciptakan mata uang, dan menciptakan tahun hijiah.
Selama menjabat sebagai khalifah, Umar dikenal dari gaya hidup nya yang jauh dari bergelimpangan harta layaknya pejabat-pejabat dikala ini. Kehidupannya yang sederhana menciptakan Umar semakin dicintai oleh rakyatnya.
Umar menjadi Khalifah selama kurun waktu 10 tahun (634-644 M), masa jabatannya diakhiri dengan kematiannya. Ia meninggal lantaran dibunuh oleh seorang budak majusi dari Persia yang berjulukan Abu Lu’lu’ah. Umar ditusuk dengan sebuah belati ketika sedang melakukan shalat shubuh.
3. Utsman Bin Affan
Untuk memilih penggantinya kelak Umar tidak menempuh dengan cara yang sama menyerupai yang dilakukan oleh Abu Bakar dulu. Ia menunjuk 6 orang sahabat, yaitu Ali, Thalhah, Zubair, Utsman, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash untuk kemudian di musyawarahkan siapa yang akan menggantikannya nanti. Dari hasil musyawarah yang panjang terpilihlah sayyidina Utsman bin Affan untuk maju menjadi khalifah.
Nama panggilannya ialah Abu Abdullah, tampan wajahnya, lembut kulitnya, dan lebat jenggotnya. Sosok sahabat mulia ini sangat pemalu hingga malaikat pun aib kepadanya. Demikian Rasulullah menyanjung:
“Tidakkah sepatutnya saya aib kepada seorang (yakni Utsman) yang para malaikat aib kepadanya?”
Mudah menangis kala mengingat akhirat. Jiwanya khusyu’ dan penuh tawadhu’ di hadapan Allah Rabbul ‘alamin.
Beliau ialah menantu Rasulullah yang sangat dikasihi. Memperoleh kemuliaan dengan menikahi dua putri Nabi, Ruqayyah kemudian Ummu Kultsum hingga menerima julukan Dzunurain (pemilik dua cahaya). Bahkan Rasulullah bersabda: “Seandainya saya masih mempunyai putri yang lain sungguh akan kunikahkan dia dengan Utsman.”
Utsman juga populer dengan cerdik berdagang dan mempunyai harta yang melimpah. Namun, dengan kekayaannya itu tidak menciptakan Utsman menjadi pribadi yang sombong. Ia sering mensedekahkan hartanya kepada yang membutuhkan. terutama dikala terjadi peperangan, Utsman termasuk salah satu sahabat yang paling depan dalam menyumbangkan hartanya.
Salah satu peninggalan Utsman yang masih ada hingga dikala ini ialah sumur Ar-rumah. Sumber air Madinah yang dia beli dengan harga sangat mahal sebagai wakaf untuk muslimin di dikala mereka kehausan dan membutuhkan tetes-tetes air. Rasulullah memperlihatkan jannah bagi siapa yang membelinya. Utsman pun bersegera meraih kesepakatan itu. Demi Allah! Beliau telah meraih jannah yang dijanjikan.
Masa Kekhalifahan
Pada masa kekhalifahan Utsman wilayah Armenia, Rhodes, Tunisia, Cyprus, Tabaaristan, dan wilayah yang tersisa dari Persia berhasil diambil alih. Dengan adanya perluasan wilayah maka banyak dari sahabat yang mendatangi wilayah tersebut guna mengajarkan ilmu agama islam.
Dengan adanya pertukaran pemikiran antara penduduk orisinil dengan para sahabat menciptakan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga mahkamah peradilan. Ini merupakan sebuah terobosan yang gres lantaran sebelum nya peradilan dilakukan di dalam masjid.
Selain itu Utsman juga menerapkan penyeragaman bacaan alquran dan merenovasi Masjidil Haram serta Masjid Nabawi supaya sanggup memuat lebih banyak orang.
Penyeragaman bacaan alquran dilakukan lantaran pada masa Rasulullah saw, dia mengatakan kelonggaran kepada kabila-kabilah Arab untuk membaca quran sesuai dengan dialek masing-masing daerah. Seiring bertambahnya wilayah kekuasaan islam, dan makin banyak orang yang memeluk agama islam, pembacaan pun menjadi semakin beragam.
Maka dibentuklah sebuah pantia kecil yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang kemudian disimpan oleh Hafshah dan menyeragamkan bacaan.
Pemerintahan Utsman berlangsung selama kurun waktu 12 tahun, di selesai masa jabatannya muncul perasaan ketidakpuasan dari sebagian kaum muslimin. Hal ini disebabkan oleh hasutan fitnah yang disampaikan oleh Abdullah bin Saba, salah seorang Yahudi yang berpura-pura masuk islam
Salah satu faktor yang menciptakan kebanyakan rakyat berburuk sangka ialah kebijaksanaannya mengangkat anggota keluarganya kedalam jabatan yang tinggi.
Abdullah bin Saba gemar berpindah-pindah tempat untuk membuatkan fitnah kepada kaum muslimin yang gres saja memeluk agama islam.
Akhirnya pada tahun 35 H, tepatnya di hari Jumat dimana waktu itu sedang berlangsung ibadah haji rumah Utsman dikepung oleh segerombolan pemberontak.
Dalam suasana pengepungan dan kekacauan, masuklah seseorang hendak membunuh khalifah. Orang ini tiba dan menarik jenggot Utsman. Utsman dengan tenang berkata
“Jangan sentuh jenggotku lantaran sesungguhnya ayahmu dulu menghormati jenggot ini.”
Kemudian pemberontak itu melepaskannya lantaran dia ingat bahwa bukan hanya ayahnya yang menghormati, tapi juga Rasulullah saw dan setiap orang menghormati Utsman. Utsman pun berkata mengingatkan: “Wahai fulan, di antara saya dan dirimu ada Kitabullah!” Diapun pergi meninggalkan Utsman, hingga tiba orang lain dari bani Sadus. Dan ketika Utsman R.A. melihat nya datang, dia segera mengencangkan tali pengikat celananya, lantaran dia tidak ingin auratnya terlihat di saat-saat terakhirnya.
Dengan penuh keberingasan, dia cekik leher khalifah yang telah ringkih hingga sesak dada dia dan terengah-engah nafas beliau, kemudian dia tebaskan pedang ke arah Utsman bin ‘Affan. Amirul Mukminin menlindungi diri dari pedang dengan tangannya yang mulia, hingga terputus bercucuran darah. Saat itu Utsman berkata:
“Demi Allah, tangan (yang kamu potong ini) ialah tangan pertama yang mencatat surat-surat mufashshal.”
Beliau ialah pencatat wahyu Allah dari mulut Rasulullah. Namun ucapan Utsman yang sesungguhnya pesan yang tersirat bagi orang yang mempunyai hati tidak lagi dihiraukan. Darah mengalir di atas mushaf.
Kemudian istrinya, Na’ilah berlari untuk melindungi Utsman. Bukan hanya itu, jari jemari Na’ilah bintu Furafishah terpotong dikala melindungi suaminya dari tebasan pedang kaum bughat. Subhanallah, cermin kesetiaan istri shalihah menghiasi peristiwa berdarah di negeri Rasulullah.
Ali Bin Abi Thalib
Ali dilahirkan di kota Makkah, di kawasan Hejaz jazirah Arab sekitar 10 tahun sebelum kenabian Muhammad saw. Sebelum tiba nya islam keluarga Ali termasuk keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat.
Ali RA mengikuti Rasulullah semenjak umur 6 tahun, ia juga termasuk salah satu golongan yang pertama kali mengakui kenabian Muhammad saw. Ia dikenal dengan sosok yang gagah berani dan sederhana. Hal ini dibuktikan dengan keberanian Ali menggantikan posisi Rasulullah ketika hijrah.
Ali bin Abi Thalib selalu mengikuti peperangan Rasulullah, kecuali satu, yaitu perang Tabuk. Rasulullah menyuruh Ali untuk menetap di Makkah lantaran tau ada upaya amis dari kaum munafik untuk berbuat onar selama Rasululah keluar memimpin perang Tabuk.
Setelah Rasul wafat, Ali lebih suka menyendiri, memperdalam ilmunya, mengajarkan kepada murid-muridnya. Pada masa inilah Ali mengasah diri untuk menjadi seorang pemikir. Keperkasaan dan keberaniannya menjelma sosok yang identik dengan ilmu. Ali terinspirasi oleh kata-kata Rasulullah “Jika saya ini ialah kota ilmu, maka Ali ialah pintu gerbangnya”
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah yang gres menggantikan Utsman.
Masa Kekhalifan
Selama masa pemerintahannya, ia menghadapai banyak sekali macam gejolak. Bisa dikatakan pada dikala itu suasana yang ada tidak pernah stabil.
Setelah ia menjabat sebagai khalifah, hal yang pertama ia lakukan ialah mencopot semua gubernur yang dulu diangkat oleh Utsman. Karena ia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi lantaran keteledoran mereka.
Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan menggunakan kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana dulu pernah diterapkan pada masa kekhalifahan Umar.
Tidak usang sehabis itu Ali menghadapi pemberontakan dari Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka ialah lantaran Ali tidak mau menghukum pelaku pembunuhan Utsman. Ali mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair untuk menyelesaikannya secara damai, namun keduan nya menolak melewati jalur damai. Ali gotong royong tidak mau terjadi peperangan antar saudara.
Namun karen suasana yang semakin bergejolak maka terjadilah perang Jamal, perang antara Ali melawan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Kemenangan berada dipihak Ali dengan Zubair dan Thalhah terbunuh, dan Aisyah ditawan dan dipulangkan kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga menimbulkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.
Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, serta Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shiffin.
Perang ini diakhiri dengan mengambil jalan diskusi, ternyata malah tidak menuntaskan masalah, bahkan mengakibatkan timbulnya golongan ketiga, kaum Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali.
Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali).
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij mengakibatkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
Nah itu tadi sedikit bahan dari mimin perihal khulafaur rasyidin, semoga sanggup bermanfaat serta sanggup menambah ilmu dan wawasan kalian. Share artikel ini jikalau sekiranya sanggup membantu orang yang sedang membutuhkan. Dukungan kalian sangat berarti dalam kemajuan website ini. Jangan lupa untuk selalu mampir di portal dunia suka-suka ?
0 Response to "Penjelasan Khulafaur Rasyidin Lengkap (Pengertian, Biografi, Sejarah)"
Posting Komentar